بسم الله الرحمن الرحيم
DIALOG BERSAMA KAUM SUFI [Bagian 2]
Oleh: Abu Bakar Al-Iraqy
Buku-buku maulid (MASALAH KETIGA)
Sufi berkata: 'Sesungguhnya kalangan wahabi mengharamkan membaca kitab 'Dalail al-Khairaat', demikian pula 'Raudh ar-Rayyahin' dan buku-buku maulid lainnya, mereka mengharamkan membacanya padahal di dalamnya mengandung pujian kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.
Aku menjawab: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para pengikutnya tidak mengharamkan membaca buku-buku ini, beliau hanya melarang disibukkan dengannya dan meninggalkan Kitabullah dan sunnah rasul-Nya shallallahu'alaihi wa sallam.
Baik, Syaikh rahimahullah telah melakukan, sungguh kamu –wahai kaum sufi- telah mengganti bacaan 'dalailul khairat' dengan meninggalkan membaca Kitabullah. Dan di dalam 'Dalailul khairat' terhadap iftiraa (yang dibuat-buat) dan kebohongan di atas lisan Rasulullah r dan salafus shalih, dan sungguh telah dipenuhi dengan hadits-hadits maudhu' dan bohong.
Demikian pula yang dinamakan 'Raudhu ar-Rayyahiin' dan lebih pantas dinamakan raudhu asy-syayathin dan melebihi atasnya 'Mujarrabat ad-diyarbi' yang lebih mereka utamakan atas kitab 'ath-Thibb an-Nabawi' karya Ibnul Qayyim. Dan 'ar-Raudh al-Fa`iq, Majalis al-'Ara`is, Maulid Ibnu Hajar, Mawaj Ibnu Abbas. Mayoritas kaum sufi merasa cukup dengan buku-buku berbahaya ini, yang dikumpulkan di antara yang keji, maudhu', bid'ah, dan mendorong atasnya dengan memalsukan hadits-hadits baginya. Dan mereka meninggalkan buku-buku hadits yang dijadikan pegangan seperti ash-Shahihain, Sunan, al-Muwaththa`, al-Musnad, dan yang lainnya dari kitab-kitab hadits yang penuh dengan hadits-hadits yang bersinar dengan sunnah Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.
Berikut ini adalah sebagian contoh dari kitab-kitab mereka yang telah disebutkan:
Pengarang buku 'Majalis al-'Arais' menyebutkan sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan bumi di atas tanduk sapi dan sesungguhnya melebarnya lautan dan pulau-pulaunya disebabkan nafas sapi, dan sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan arsy di atas air, lalu bergerak, lalu Dia Ta'ala menciptakan ular, maka ia menoleh di sekitar arsy, lalu ia diam.
Adakah kebohongan lagi setelah kebohongan ini, wahai kaum sufi, apakah kamu tidak berakal?
Adapun pengarang ar-Raudhu al-Fa`iq yang dinamakan 'Huraifisy', ia menyebutkan segala yang gharib (aneh), ajib (luar biasa), dan khurafat yang melebihi pengarang al-Majalis. Huraifisy berkata, 'Dari Abu Said al-Maghribi imam masjid al-Khasysyabain di Bashrah, sesungguhnya ia pergi menunaikan ibadah haji, sedang dia tetap melaksanakan shalat lima waktu di masjidnya, tidak terputus darinya sedikitpun. Dan ia menyebutkan hikayat yang panjang dalam kisah ini. Apakah orang ini berpikir, yang mempunyai akal dan agama, bagaimana mungkin ia berhaji dan dia tetap melaksanakan shalat di masjidnya di Bashrah. Apakah terjadi keanehan yang bohong ini bagi Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.
Dia menyebutkan pula: sesungguhnya Qadhib al-Ban yang dikubur di Musoul di wilayah Iraq telah melayani seorang syaikh selama 40 tahun. Lalu syaikh itu mengabarkan kepadanya tiga hari sebelum wafatnya bahwa ia akan mati di luar agama islam, padahal dia adalah syaikh yang disangka. Qadhib al-Ban pembantunya bertanya: Bagaimana engkau mengetahui hal itu? Ia menjawab: 'Aku telah melihat di lauhul mahfuzh, maka aku mendapatkan hal itu. Dan dia menyebutkan cerita yang panjang. Maka inilah sebagian hikayat Huraifisy.
Buku-buku maulid tidak kalah beraninya terhadap Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Disebutkan dalam salah satu buku ini, dari Abu Bakar, dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda: Barangsiapa yang berinfak satu dirham pada maulid, maka ia seolah-olah berhaji 70 kali haji. Apakah ungkapan batil ini pernah diucapkan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam? Apakah maulid sudah dikenal di masa kenabian dan khilafah rasyidah serta di abad yang utama? Demi Allah, tidak. Bahkan ia merupakan bid'ah-bid'ah bani Fathimiyah.
Hati-hatilah, wahai saudaraku seagama dari membaca buku-buku beracun ini atau membelinya. Berpeganglah dengan Kitabullah dan sunnah rasul-Nya shallallahu'alaihi wa sallam, ambillah dari sumbernya yang diperpegangi dari kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Shahihain, Sunan, Masanid, Mushannafaat, Muwaththaath dan kitab-kitab hadits lainnya yang mu'tabar. Sesungguhnya buku-buku itu sudah cukup bagimu daripada buku-buku beracun.
Di antara buku-buku yang bermanfaat dalam bab ini adalah 'Jala`ul afhaam fi ash-shalati wa as-salami 'ala khairil anam' karya Ibnu al-Qayyim, 'al-Azkaar' dan 'Riyadh ash-Shalihin' karya an-Nawawi, 'asy-Syifa bi ta'rif huquq al-Mushthafa' karya Qadhi 'Iyadh, dan 'al-Kalim ath-Thayyib' karya Ibnu Taimiyah. Semoga Allah Ta'ala memberi rahmat kepada mereka semua.
Maulid Nabi shallallahu'alaihi wa sallam (MASALAH KEEMPAT)
Sufi berkata: Kenapa kaum Wahabi mengatakan bahwa merayakan maulid nabi hukumnya bid'ah? Padahal perayaan maulid merupakan salah satu bentuk merealisasikan kecintaan kepadanya shallallahu'alaihi wa sallam.
Aku menjawab: Kaum Wahabi selalu menjaga perintah Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan larangannya. Karena itulah kami bertanya kepada kaum sufi, apakah Nabi shallallahu'alaihi wa sallam pernah merayakan maulidnya, atau menyuruh dengannya, atau mendorong atasnya, atau berwasiat kepada orang yang sesudahnya dengan merayakan malam maulidnya. Apakah para khilafah rasyidah merayakan yang kita disuruh berpanutan kepada mereka semua, di mana Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
"Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku, gigitlah atasnya dengan gigi geraham." HR. ahlus sunan.
Dan apakah tiga generasi utama juga merayakannya, yang Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda tentang tiga abad tersebut:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
"Manusia yang terbaik adalah yang ada di abadku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka." Muttafaqun 'alaih.
Sesungguhnya mereka semua tidak pernah melaksanakan peringatan malam maulid, sedangkan mereka adalah orang-orang yang memiliki iman yang benar dan aqidah yang bersih.
Dan sesungguhnya bid'ah yang buruk ini yaitu bid'ah merayakan maulid dibuat-buat oleh bani Fathimiyah yang syi'ah, seperti maulid imam Ali bin Abi Thalib, maulid az-Zahra`, Imam al-Qa`im, dan di antaranya adalah maulid Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya perayaan ini pada malam dua belas Rabiul Awal adalah permulaan bid'ah yang tidak ada dasarnya dari al-Qur`an atau sunnah atau perbuatan salah seorang salafus shalih, dan sesungguhnya ia terjadi belakangan.
Imam al-Fakihani berkata: Berulang kali pertanyaan jama'ah tentang berkumpul yang dilakukan sebagian orang di bulan Rabiul Awal dan mereka menamakannya maulid, apakah ada dasarnya di dalam agama? Mereka mencari jawaban atas hal itu. Maka aku berkata: semoga Allah Ta'ala memberi taufik: aku tidak mengetahui bagi maulid ini dasar dari al-Qur`an dan sunnah, serta tidak diriwayatkan melaksanakan dari seorang ulama umat yang mereka merupakan panutan dalam agama, yang berpegang teguh dengan peninggalan para pendahulu, bahkan ia merupakan bid'ah yang dibuat oleh orang-orang batil dan nafsu syahwat yang diperhatikan oleh orang-orang yang suka makan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, 'Dan demikian pula diciptakan oleh sebagian manusia –bisa jadi karena menyerupai kaum nashrani dalam merayakan kelahiran Isa 'alaihissalam dan bisa jadi karena cinta dan membesarkan Nabi shallallahu'alaihi wa sallam- berupa menjadikan hari lahirnya sebagai hari raya padahal manusia berbeda pendapat tentang hari lahirnya. Sesungguhnya hal ini tidak pernah dilakukan oleh salafus shalih. Jika merupakan kebaikan murni atau lebih niscaya kaum salaf lebih berhak dengannya daripada kita. Sesungguhnya mereka lebih mencintai dan mengagungkan dalam mutaba'ahnya, taat kepadanya, mengikuti perintahnya, menghidupkan sunnahnya secara lahir dan batin, menyebarkan yang dia r dibangkitkan dengannya, berjihad atas hal itu dengan hati, tangan, dan lisan. Sesungguhnya hal ini adalah jalan orang-orang yang terdahulu dari kalangan muhajirin dan anshar serta yang mengikuti mereka dengan kebaikan.
Para pengikuti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengatakan hal ini tentang maulid tanpa dalil dan ittiba', bahkan telah mendahului mereka orang yang lebih dari mereka dari sisi ilmu dan taqwa dari generasi salafus shalih rahimahumullah.
Dan sesungguhnya yang terjadi dalam perayaan maulid di masa sekarang membuat bulu kuduk merinding, berupa bercampurnya perempuan dengan laki-laki, menyaringkan suara, anasyid, syair-syair yang diharamkan yang mengandung syirik, tawassul, dan istighatsah kepada selain Allah Ta'ala, dan bagi yang ingin mendapat penjelasan lebih, maka murja'ahlah kitab-kitab berikut ini:
1. Risalah karya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah dalam hukum merayakan maulid.
2. al-Qaul al-Fash fi hukm al-ihtifal bi maulid khairi ar-rusul karya Syaikh Ismail al-Anshari.
Dan yang lainnya dari buku-buku para imam salaf dan para pengikut dakwah tauhid rahimahumullah ta'ala.
http://www.islamhouse.com/files/id/ih_books/single/id_dialogue_with_the_sufi.doc
Browse » Home »
Aqidah
» DIALOG BERSAMA KAUM SUFI [Silsilah Jawaban Ilmiah Terhadap Sufi - Tasawuf - Tarekat, Bagian 2]
DIALOG BERSAMA KAUM SUFI [Silsilah Jawaban Ilmiah Terhadap Sufi - Tasawuf - Tarekat, Bagian 2]
Efirst,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 comments to “DIALOG BERSAMA KAUM SUFI [Silsilah Jawaban Ilmiah Terhadap Sufi - Tasawuf - Tarekat, Bagian 2]”
Posting Komentar